Frame 117

Salam Salma

By Mas Oco

Aku pulang, Maaaa!”

Teriakan Salma sepulang sekolah tidak dijawab oleh Mama. Salma merasa heran. Apa Mama tidak di rumah?

Salma kemudian membuka pintu samping yang tidak terkunci. Selanjutnya, ia memanggil-manggil Mama untuk memastikan di mana keberadaan mamanya.

“Maaa? Mamaaa!” pekik Salma berulang-ulang.

Sepi. Tidak ada sahutan. Salma hanya bisa menerka-nerka. Setelah meletakkan tas dan melepas sepatunya, Salma bergegas ke arah dapur.

Ternyata Mama ada di sana. Mama sedang duduk di kursi kayu panjang sambil mengupas beberapa siung bawang merah. Lalu, Salma pun mendekat.

“Mama nggak dengar panggilanku?” tanya Salma cemberut.

Mama hanya tersenyum. Kemudian menjawab, ”Iya, Mama dengar. Tapi, bukan panggilan itu yang harus kamu ucapkan, Salma. Ketika hendak masuk rumah, kamu mesti apa?”

Salma makin cemberut. “Aku tahu, Ma, ucap salam, kan?”

Nah, itu anak Mama pintar? Tadi kok nggak salam, ya?”

“Lupa,” jawab Salma singkat sambil bergegas mengambil piring di rak.

Mama hanya geleng-geleng, kemudian menarik napas panjang. Ya, seperti hari-hari sebelumnya, Salma memang susah kalau diingatkan untuk membiasakan mengucap salam sebelum masuk rumah. Akan tetapi, Mama tidak marah. Mama yakin, suatu saat Salma akan berubah.

***

            Esok paginya sebelum berangkat sekolah, Salma terlihat buru-buru sekali. Setelah membantu Mama, ia lalu sarapan secepat kilat. Sarapan nasi goreng kesukaan yang biasanya habis, pagi itu masih tampak tersisa di piring.

“Kenapa tidak dihabiskan, Salma?” Papa mengingatkan.

Nggak, Pa. Nanti siang dilanjutkan lagi. Aku buru-buru nih! Ada ulangan Matematika di jam pelajaran pertama.” terang Salma sembari sibuk merapikan ujung jilbabnya.

“Ooo… Jadi, mau berangkat bareng Papa atau nggak, nih?

Nggak jadi, Pa. Aku udah janjian berangkat bareng Safa. Aku duluan, ya Pa?”

Salma segera menarik tangan Papa. Kemudian, mencium punggung tangan Papa. Tak lupa, Salma berpamitan pada Mama yang sedang menata piring dan gelas bersih di rak.

“Selalu berhati-hati, Salma! Lihat kanan-kiri kalau mau menyeberang.” ingat Mama.

“Iya, Ma. Salma berangkat, ya? Daaaagh!

Assalamu’alaikum…,” ucap Mama lagi.

Sambil berlalu, Salma menjawab, “Wa’alaikumsalam…

Mama dan Papa berpandangan lalu geleng-geleng.

“Salma masih belum terbiasa mengucapkan salam rupanya,” keluh Papa pelan.

Mama hanya tersenyum kecil menanggapi keluhan Papa. “Sabar, Pa. Suatu saat nanti, lama-lama Salma pasti akan terbiasa.”

Papa hanya mengangguk. Tidak lama kemudian, Papa segera beranjak dari kursi dan bersiap-siap berangkat ke kantor.

***

            Menjelang pulang sekolah, Mama sengaja duduk di ruang tengah sambil membaca majalah Islami.

Tidak seberapa lama, terdengar suara langkah kaki mendekat.  Salma sudah pulang, pikir Mama bersiap-siap.

Mama sengaja berdiam diri. Mama seolah fokus dengan bacaannya. Padahal, Mama sedang menunggu-nunggu Salma mengucap salam.

“Mamaaa, aku sudah pulang,” ucap Salma sambil mendekat ke arah Mama.

Assalamu’alaikum, Sayaaaang?” ingat Mama lagi.

“Hehee, Assalamu’alaikum, Ma?’ ulang Salma sambil tertawa.

“Kenapa selalu diingatkan terus? Kamu lupa atau sengaja melupakan, sih? Salam itu doa baik dan harapan keselamatan Salma,” tegas Mama.

“Iya, Ma, Salma tahu itu, kok. Besok kucoba lagi, deh!

“Mama sabar menunggumu, Sayang. Ya, sudah, sana makan dulu! Mama sudah buatkan sambal udang kesukaaanmu. Atau mau menghabiskan nasi goreng tadi pagi? Biar tidak mubazir.”

“Sepertinya enak nasi goreng dicampur sambal udang, Ma.” sahut Salma sembari menuang air putih ke gelas.

Alhamdulillah, semua akan jadi lebih nikmat jika selalu disyukuri,” pungkas Mama.

***

             Sore harinya, Salma membaca buku cerita detektif di dalam kamarnya.

Tiba-tiba terdengar suara anak-anak memanggil-manggil Salma dari luar.

“Saaal? Salmaaa… Salmaaaaaa!”

Ih, siapa sih bertamu ke rumah orang nggak mau ngucap salam, gerutu Salma dalam hati.

“Saaal? Salmaaaaaa!” kembali suara itu memanggil.

Aduuuuh, siapa sih, berisik! Pikir Salma semakin kesal.

Salma tidak menyahut, ia malah balik bertanya pada Mamanya, “Maaa… siapa sih itu?”

“Mana Mama tahu, Salma. Coba dong kamu lihat! Mama masih menggoreng ikan. Nanti hangus kalau ditinggal,” sahut Mama dari dapur.

Dengan terpaksa, Salma bangkit dan berjalan menuju pintu depan. Kemudian, Salma membuka pintu. Dilihatnya Zaki, Adit, dan Doni sudah berdiri di teras rumahnya.

“Oh, kalian?”

“Iya, Sal. Kami mau minta bantuan kamu. Kami ini kan sedang belajar bareng di rumah Adit, tapi kami kesulitan menjawab tugas susulan Matematika dari Pak Tio. Itu lho, yang soalnya panjang, Sal, nomor lima,” terang Zaki.

“Kasih tahu, dong, Sal! Kami pengen belajar bareng sama kamu nih! Ajarin kami, ya?” Doni kini giliran memelas.

Salma hanya mendengus. Sebenarnya, ia sering merasa kesal dengan ketiga temannya yang sering usil di kelas 5B itu. Kekesalan Salma makin bertambah saat tahu mereka berteriak-teriak dan tidak mengucapkan salam saat bertamu. Namun, karena melihat kesungguhan mereka belajar kelompok, akhirnya hati Salma luluh juga. Ia pun bersedia membantu menyelesaikan soal Matematika itu.

Mereka pun tampak serius berlatih mengerjakan soal bersama.

Setelah paham, Zaki, Adit, dan Doni berpamitan untuk pulang. Tidak lupa, mereka pun mengucapkan terima kasih atas bantuan Salma. Salma mengangguk senang. Akan tetapi, lagi-lagi Salma menggerutu. Ketiga temannya itu lupa mengucap salam saat meninggalkan rumahnya.

***

            Seperti hari-hari biasanya, tiap pagi Salma selalu rutin membantu Mama menyapu lantai dan menyiram bunga di teras depan.  Setelahnya, ia baru mandi, berkemas-kemas, dan sarapan bersama Mama dan Papa.

“Ma, Pa, Salma berangkat dulu, ya? Assalamu’alaikum…” pamit Salma sembari mencium tangan Mama dan Papa bergantian.

Mama dan Papa pun terkesima. Mereka terdiam sejenak. Ada perasaan hangat yang menjalar di hati. Tanpa sadar, Mama dan Papa berbarengan membalas ucapan salam Salma, “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Muka Salma tampak berbinar. Ia pun bergegas melangkahkan kakinya dengan mantap. Mulai pagi itu, ia berjanji akan selalu membiasakan diri untuk selalu mengucap salam. Terutama, saat berpamitan pada Mama dan Papa ketika hendak keluar dan masuk rumah.

Salma menjadi sadar. Teriakannya saat memanggil Mama selama ini ternyata tidak baik dan tidak sopan. Ia sudah merasakannya sendiri kemarin sore, ketika Zaki dan kawan-kawannya datang ke rumahnya. Mungkin begitulah yang selama ini dirasakan Mama dan Papa, saat ia seringkali tidak mau mengucap salam.[]

Mas Oco, seorang guru (PNS) di MTs Negeri 1 Mesuji, Lampung dan penulis cerita anak. Beberapa karya berupa cernak, fabel, dongeng, dan cerita rakyatnya pernah dimuat di beberapa media lokal dan nasional. Karya-karyanya juga diterbitkan dalam buku solo dan antologi.

 

-- Akhir --

Bagikan Cerita

Baca tulisan menarik lainnya

Punya Naskah Cerita Sendiri?

Kirim Naskahmu Sekarang!

Naskah-Homepage