Akhir-akhir ini, Caca terbiasa menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan bermain gawai sampaiĀ larut malam. Hingga suatu ketika, Caca lupa bahwa esok ada ulangan di kelasnya. Namun, dia meremehkan ulangan itu karena hanya dialah yang paling pintar di kelas. Dia selalu rangking 1 di kelasnya.
āAh, soalnya pasti gampang!ā
Saat pembagian rapor tengah semester, Caca terkejut bahwa dia mendapat peringkat 15 dari 36 siswa di kelas! Ya, waktu mengerjakan soal-soal ulangan dia memang kesulitan menjawabnya. Susah semua. Tapi, ia tidak menyangka hasilnya seburuk itu. Caca pikir teman-temannya juga pasti lebih kesulitan menjawabnya.
Ia semakin terkejut karena nilainya di rapor sementara, banyak warna merahnya. Ia bingung dan bertanya kepada wali kelasnya, Bu Anne.
āBu Anne mengapa nilai saya sangat jelek? Bukankah saya yang paling pintar di kelas?ā
Bu Anne seperti biasa, sangat tenang saat menghadapi pertanyaan pertanyaan murid dari yang konyol bahkan sampai yang serius.
āApakah kamu yakin sudah belajar dengan baik dan tekun?ā tanya Bu Anne.
āBuat apa belajar jika saya sudah pintar, Bu?ā
āKatanya, kamu ingin pintar tapi kenapa tidak mau belajar? Anak sepintar apapun tetap harus rajin belajar,ā
Caca tersentak dengan perkataaan Bu Anne.Ā Ya, akhir-akhir ini, ia malas menyimak pelajaran dari buĀ guru. Ia juga tidak pernah belajar di rumah. Lebih enak nonton YouTube atau main game.
āCaca, Itu sama saja ingin berhasil namun tak ada usaha,ā Bu Anne tersenyum.
Caca tertunduk, menyadari bahwa perkataan Bu Anne itu benar.
Caca terdiam sejenak, āBaik bu, saya paham. Sehabis ini, saya berjanji akan belajar dengan tekun,ā
Bu Anne mengangguk sambil tersenyum tipis, āIya, tak apa yang penting sehabis ini kamu harus belajar dengan tekun ya?ā
āTerima kasih, Bu.ā Caca menganggukkan kepalanya dan beranjak pergi dari kelasnya.
Di jalan pulang, perkataan Bu Anne terus terngiang-ngiang di pikirannya.
***
Sesampainya Caca di rumah, ibunya bertanya penasaran, āCaca bagaimana nilai ujianmu?ā Alih-alih menjawab, Ia justru berlari menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan keras.
āBRAK!ā
āCa, ada apa?ā teriak Ibu bingung.
Biasanya, Ā Caca pulang dengan raut wajah gembira tapi kali ini sangat berbeda, Caca justru cemberut.
Sesampanya Caca di kamar, ia langsung membongkar buku-buku pelajaran dan mempelajarinya satu-persatu. Sayangnya, tidak ada satupun pelajaran yang dia mengerti! Huhu.
Empat jam telah berlalu. Kini, matahari telah berganti menjadi bulan yang menyinari gelapnya malam.
āAyo, salat magrib dulu lalu makan!ā ajak Ibu dari balik pintu.
āCaca mau salat, tapi nggak mau makan. Caca sibuk!ā jawabnya.
Ia tak mau buang-buang waktu, harus belajar semuanya.
Caca akan belajar keras agar nilainya sempurna. Dia takut dan gelisah tentang nilai ujian semester akhirnya. Takut kalau nilainya akan sama jeleknya dengan nilai sekarang.
Ibunya membuka pintu kamar putrinya.
āAda apa, Ca?ā
Caca tertunduk malu, menyodorkan rapor sementara yang kebakaran.
Ibu menggeleng. āCaca, Ā jika nilaimu sekarang kurang memuaskan, besok kamu perhatikan ibu guru saat mengajar ya? Fokus!ā
Caca mengangguk, āIya Bu, saya Ā janji akan selalu mendengarkan saat guru sedang mengajar. Maafkan Caca, Bu!ā
***
Hari berlanjut, Ā benar saja Caca berhasil menepati janjinya,dia selalu mendengarkan pelajaran setiap ada guru yang datang. Akhirnya, Caca dapat memahami semua mata pelajaran.
Tibalah saat ulangan akhir semester.
Caca optimis bahwa ia bisa mengerjakan semua soal dengan mudah, karena ia sudah belajar dengan baik. Ya, dia pasti bisa! Bismillah.
Benar saja, Caca bisa menjawab semua soal-soal ulangan. Ia merasa ujiannya cukup gampang. Padahal, teman-temannya tampak kesulitan untuk mengerjakannya.
Saat pembagian rapor, Caca kembali mendapatkan peringkat 1 di kelasnya. Nilainya banyak yang seratus!
***
Setelah liburan sekolah, ada lomba cerdas cermat SD di kecamatan.
Syukurlah, Caca terpilih ikut lomba itu. Ia semangat sekali! Caca dan kedua teman satu timnya rajin berlatih dibimbing Bu Anne.
Hari demi hari, tibalah saatnya Caca dkk mengikuti lomba dan bersaing dengan peserta dari sekolah lain untuk mendapatkan piala.
āDuh, anak sekolah lain terlihat pintar ya.ā Kirana meringis.
āTenang, yang penting kita sudah belajar.ā jawab Caca tenang.
Ia berusaha menepis rasa takut dalam dirinya.
Saat pengumuman, Caca dan kedua temannya berdebar sangat kencang! Mereka berpegangan tangan menunggu pengumuman.
āJuara pertama, SD Hj, Isriati Moenadi Ungaran!ā
Horee! Yang mendapatkan piala juara satu tersebut adalah timnya Caca.Ā Caca bahagia sekali. Ia tidak menyangka bahwa semua yang dia pelajari banyak membawa manfaat bagi dirinya.
āMari belajar dari sebuah kegagalan. Setiap gagal, aku yakin selanjutnya akan ada keberhasilan yang menungguku!ā itulah yang Caca tulis di buku karyanya sendiri yang berjudul Giat Belajar. Ya, Caca menulis buku solo.
Hingga besar nanti, Caca akan selalu mengingat kata kunci sukses dari Bu Anne yaitu berusaha. Jika Bu Anne tidak memberitahu rahasia sukses pada Caca, mungkin tidak ada piala-piala yang berjejer rapi di kamarnya. (Tamat)
Ā
Dattu Shima Kahita, siswa kelas V SD. Hj. Isriati Moenadi Ungaran
Ā


