Frame 117

Menjual Matahari

By Kakak Pengasuh

Pada suatu pagi yang cerah di kota Baghdad, orang-orang ramai berkerumun di depan istana Khalifah Harun Al-Rasyid. Wajah mereka tampak gelisah, ada yang berbisik-bisik, ada juga yang berteriak-teriak marah.

“Baginda, tangkap Abu Nawas! Tangkap Abu Nawas!” teriak salah satu warga.

“Dia sudah keterlaluan!” seru yang lain.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Ternyata, warga Baghdad baru saja melihat sebuah baliho besar yang dipasang Abu Nawas di depan rumahnya. Tulisan di baliho itu membuat semua orang terkejut dan kebingungan. Bunyinya:

DIJUAL : MATAHARI BAGHDAD. SIAPA CEPAT DAPAT BONUS ANAK UNTA!

Tentu saja warga menjadi panik. Bagaimana mungkin matahari bisa dijual? Jika matahari tidak ada, siapa yang akan menerangi siang hari? Tanaman tak bisa tumbuh, dan manusia akan kedinginan!

Kabar itu pun sampai ke telinga Khalifah Harun Al-Rasyid. Ia langsung memanggil Abu Nawas ke istana.

Ketika Abu Nawas datang, khalifah bertanya dengan nada serius, “Abu Nawas, apakah benar kamu ingin menjual matahari?”

Abu Nawas menjawab tenang, “Benar, Baginda.”

Khalifah mengernyit. “Kenapa kamu melakukan itu?”

“Supaya kita semua bisa belajar memakai otak seperti mereka, Baginda,” jawab Abu Nawas sambil menunjuk ke arah para pendemo.

Khalifah menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Apa maksudmu?”

Abu Nawas tersenyum. Ia pun mulai menjelaskan, “Baginda senang bukan, karena di masa pemerintahan Baginda, Baghdad menjadi maju? Jalan-jalan menjadi lebar dan mulus, bendungan dibangun, pasar ramai, rel kereta membentang, dan tak ada korupsi?”

“Tentu saja aku bangga,” kata sang khalifah.

“Tapi coba Baginda dengarkan mereka yang berdemo di luar sana. Kalau Baginda bertanya, mereka pasti akan menjawab, untuk apa bangun infrastruktur? Jalan dan jembatan tidak bisa dimakan!”

Khalifah terdiam. Abu Nawas melanjutkan, “Padahal dengan jalan yang bagus, warga lebih mudah menjual hasil panennya. Dengan bendungan, petani bisa mengairi sawah. Dengan pasar, orang bisa berdagang. Tapi karena mereka hanya melihat manfaat dari apa yang bisa langsung dimakan, semua prestasi Baginda dianggap sia-sia.”

Abu Nawas lalu berkata dengan nada pelan tapi jelas, “Itu sebabnya saya ingin menjual matahari, Baginda. Bukankah matahari juga tidak bisa dimakan? Tapi coba bayangkan jika matahari tidak ada, siang akan menjadi gelap, tanaman tak bisa tumbuh, dan bumi menjadi dingin. Tapi mereka tak menyadarinya, karena terlalu sibuk memikirkan apa yang bisa langsung masuk ke perut.”

“Jadi maksudmu, kamu ingin mereka belajar berpikir lebih dalam?” tanya Khalifah.

“Betul, Baginda,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. “Kadang kita harus membayangkan hidup di ruang gelap agar bisa menghargai cahaya. Seperti juga infrastruktur yang tidak bisa dimakan, tapi justru membantu kita untuk mencari makan.”

“Dan tentang mereka yang bilang Baginda memusuhi ulama, atau menyebarkan fitnah bahwa Baginda bukan keturunan Arab asli, itu semua hanya karena mereka tidak bisa melihat kebenaran di dalam terang.”

Khalifah Harun Al-Rasyid termenung. Ia baru menyadari bahwa sebagian rakyatnya terlalu terbiasa berpikir pendek. Mereka hanya melihat manfaat yang bisa langsung dirasakan, tanpa berpikir bahwa sesuatu yang tidak bisa dimakan juga bisa membantu mereka hidup lebih baik.

“Baiklah,” kata Khalifah akhirnya. “Kalau begitu, aku izinkan kau menjual matahari. Tapi jangan lupa, sampaikan juga bahwa harga matahari sangat mahal, karena tanpanya kita semua tak bisa hidup.”

Abu Nawas tertawa kecil, lalu menjawab, “Tentu saja, Baginda. Lagipula, siapa yang mampu membayar cahaya?”

Mendengar itu, Khalifah ikut tertawa, dan orang-orang yang semula marah pun mulai sadar, bahwa mereka telah salah paham. Mereka pulang ke rumah sambil merenung: ternyata tak semua yang tidak bisa dimakan itu tak berguna.

Pesan cerita:
Kadang-kadang, kita harus berpikir seperti Abu Nawas, melihat lebih dalam dan tidak hanya memikirkan apa yang bisa kita lihat atau makan. Ada banyak hal yang penting dalam hidup, walaupun tidak bisa langsung dirasakan. Seperti matahari, seperti jalan, sekolah, dan juga ilmu pengetahuan.

Dan tentu saja, jangan coba-coba menjual matahari ya! 😄

-- Akhir --

Bagikan Cerita

Baca tulisan menarik lainnya

Punya Naskah Cerita Sendiri?

Kirim Naskahmu Sekarang!

Naskah-Homepage