Frame 117

Kisah Nabi Saleh AS

By Kakak Pengasuh

Nabi Shaleh adalah keturunan Nabi Nuh, dan termasuk orang pilihan yang Allah sayangi. Nabi Shaleh tinggal di tengah padang pasir yang kering dan panas, bersama kaumnya yang disebut kaum Tsamud.

Kaum Tsamud bukanlah orang-orang biasa. Mereka pandai membangun rumah dengan memahat gunung-gunung besar. Bukit dan batu keras mereka ukir menjadi rumah megah dan benteng kuat. Mereka juga punya ladang luas, kebun yang subur, dan buah-buahan yang banyak. Tapi sayang, walaupun mereka hidup nyaman, mereka lupa kepada Allah. Mereka malah menyembah berhala, patung-patung yang mereka buat sendiri dari batu.

Allah tidak suka jika manusia menyembah selain-Nya. Karena itu, Allah mengutus Nabi Shaleh untuk mengingatkan mereka. Nabi Shaleh pun datang dengan sabar, dan berkata dengan lembut, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, Tuhan yang Maha Esa. Jangan menyembah berhala, karena berhala tidak bisa mendengar atau menolong kalian.”

Namun, kaum Tsamud tidak mau mendengar. Mereka malah mengejek Nabi Shaleh. “Kau hanya manusia biasa, sama seperti kami. Bagaimana kami bisa percaya bahwa kamu adalah utusan Tuhan?”

Nabi Shaleh tetap bersabar. Beliau tidak marah, tapi terus mengajak mereka kepada kebaikan. Kaum Tsamud lalu berkata, “Kalau kamu benar-benar seorang nabi, tunjukkan mukjizat! Keluarkan seekor unta betina dari batu besar itu, dan pastikan dia sedang hamil!”

Nabi Shaleh pun berdoa kepada Allah. Dengan kuasa Allah yang Maha Hebat, tiba-tiba dari sebuah batu besar keluarlah seekor unta betina besar yang sedang bunting. Masya Allah. Semua orang terkejut melihatnya. Unta itu keluar dari batu tanpa ayah dan ibu. Ini adalah mukjizat, tanda kenabian dari Allah untuk membuktikan bahwa Nabi Shaleh benar-benar seorang nabi.

Nabi Shaleh berkata, “Ini adalah unta dari Allah. Jangan kalian sakiti dia. Biarkan dia hidup dan minum air dari sumur secara bergantian dengan kalian. Satu hari untuk unta ini, satu hari untuk kalian.”

Awalnya, kaum Tsamud mengikuti aturan itu. Ketika giliran unta minum, mereka tidak mengambil air. Unta itu minum dengan tenang dan setelah itu mengeluarkan susu yang sangat banyak, cukup untuk semua orang. Ajaib, bukan?

Namun, lama-kelamaan, sebagian orang mulai kesal. Mereka tidak suka berbagi dengan unta. Mereka berkata, “Mengapa kita harus berbagi sumur dengan binatang ini? Bukankah kita yang membangun kota ini?”

Mereka mulai membenci unta itu. Padahal, unta itu tidak pernah menyakiti siapa pun. Dia hanya datang sebagai tanda dari Allah. Nabi Shaleh sudah memperingatkan, “Jangan kalian sakiti unta ini, atau azab Allah akan datang menimpa kalian!”

Tapi ada sembilan orang dari kaum Tsamud yang nekat. Mereka berkumpul diam-diam dan merencanakan sesuatu yang buruk. “Kita harus bunuh unta itu!” kata mereka. “Dia hanya membawa masalah.”

Akhirnya, mereka pun membunuh unta itu, bahkan mereka juga memakan dagingnya. Tapi anehnya, daging unta itu rasanya tidak enak, padahal mereka menyangka itu akan menjadi makanan yang lezat. Hati mereka semakin keras, dan mereka malah mengejek Nabi Shaleh. “Hei Shaleh, kalau memang kamu benar nabi, coba panggil azab Tuhanmu sekarang!”

Nabi Shaleh sangat sedih. Beliau berkata, “Wahai kaumku, kalian telah membunuh mukjizat dari Allah. Bersiaplah, karena dalam waktu tiga hari, azab dari Allah akan datang!”

Nabi Shaleh dan orang-orang yang beriman segera menjauh dari kaum Tsamud. Mereka hanya sedikit jumlahnya, sekitar 120 orang saja. Tapi mereka semua taat dan percaya kepada Nabi Shaleh.

Tiga hari kemudian, langit menjadi gelap. Awan hitam menggulung. Dari langit terdengar suara yang sangat keras, menggelegar dan memekakkan telinga. Bumi pun bergetar, seperti sedang marah. Semua rumah dan bangunan berguncang. Tanah retak-retak. Dan dalam sekejap, kaum Tsamud hancur binasa. Tak ada satu pun yang selamat, kecuali orang-orang yang beriman.

Itulah akibat dari orang-orang yang durhaka kepada Allah, menyakiti makhluk yang tidak bersalah, dan menolak ajakan kebaikan dari nabi mereka.

Tempat tinggal kaum Tsamud itu sekarang disebut Madain Shaleh, berada di antara Hijaz dan Syam, tidak jauh dari Kota Madinah. Sampai hari ini, sisa-sisa rumah mereka yang dipahat dari gunung masih bisa terlihat. Tapi tidak ada yang tinggal di sana, karena Allah telah menghapus kaum Tsamud dari muka bumi.

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati tempat itu saat perang Tabuk. Beliau berkata kepada para sahabat, “Jangan minum dari sumur-sumur di tempat ini, karena dulu di sinilah azab Allah turun.”

Rasul juga menyuruh para sahabat untuk menangis ketika melewati tempat itu, agar kita selalu ingat betapa murkanya Allah kepada orang-orang yang sombong dan durhaka. (Tamat)

-- Akhir --

Bagikan Cerita

Baca tulisan menarik lainnya

Punya Naskah Cerita Sendiri?

Kirim Naskahmu Sekarang!

Naskah-Homepage