Frame 117

Kisah Nabi Hud

By Redaksi

Nabi keempat yang diutus Allah ke dunia adalah Nabi Hud ‘alaihis salam. Beliau tinggal di Yaman, tepatnya di wilayah Al Ahqaaf (bukit-bukit berpasir). Di sana tinggal kaum ‘Aad pertama yang merupakan garis keturunan Nabi Nuh. Mereka tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang besar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Fajr ayat 78.

Penduduk Iram (ibu kota Al-Ahqaaf) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.

 Mereka juga membangun istana-istana dan benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan bangunan-bangunan itu. Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi, unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar kepada mereka. Selain itu mereka memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.

Allah juga mengaruniakan kepada mereka bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain, badan mereka tinggi dan kuat. Apabila mereka berperang atau menyerang suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan mereka begitu mengerikan.

Tetapi, meskipun nikmat-nikmat yang Allah  berikan kepada mereka begitu banyak, namun mereka tidak bersyukur kepada Allah terhadapnya, bahkan mereka menyekutukan-Nya dengan menyembah patung-patung. Mereka adalah kaum yang pertama menyembah patung setelah banjir besar zaman Nabi Nuh. Allah mengatakan dalam surat Al-A’raaf tentang kaum ini.

Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Allah telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu mendapat keberuntungan.

Tidak hanya itu, mereka juga mengerjakan berbagai maksiat dan dosa serta mengadakan kerusakan di bumi, maka Allah mengutus Nabi Hud ‘alaihis salam kepada mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus; Beliau mengajak mereka menyembah hanya kepada Allah dan melarang mereka berbuat syirk dan melakukan berbagai kemaksiatan.

Nabi Nuh berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”

Salah satu dari mereka menjawab, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Hud, sehingga mengatakan kata-kata seperti itu?”

Nabi Hud menjawab, “Sesungguhnya aku adalah rasul yang dapat dipercaya bagimu. Oleh karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan taatilah aku.”

Kaumnya membantahnya dengan kasar dan sombong sambil berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”

Nabi Hud menjawab, “Wahai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan pesan Tuhan kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.”

Kaumnya pun bukan sadar malah semakin sombong dan menolak dengan keras beribadah kepada Allah.

“Wahai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu,” jawab mereka.

Meskipun begitu Nabi Hud tetap bersabar dan mengajak mereka untuk mengikuti kebenaran. Beliau mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada mereka dengan harapan mereka mau bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta ampunan kepada-Nya.

Nabi Hud berkata, “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, anak-anak, kebun-kebun dan mata air.”

Beliau menyuruh umatnya agar memohon ampun kepada Allah dan bertobat, maka Allah akan menurunkan hujan yang sangat deras dan akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan mereka.

Tetapi kaumnya adalah manusia yang telah mati hatinya dan telah menjadi keras seperti batu.

Nabi Hud pun berkata, ”Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Karena itu jalankanlah tipu dayamu terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada satu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu firman Allah kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain. Dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.”

Kaum Nabi Hud tetap saja menyombongkan diri dan membanggakan diri dengan kekuatannya. Mereka mengolok Nabi Hud dan berkata, “Siapakah yang lebih kuat kekuatannya daripada kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar!”

Hud pun menjawab, “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama berhala yang kamu beserta nenek moyangmu sembah? Padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu. Maka tunggulah azab itu, sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu.”

Maka mulailah azab Allah datang kepada kaum ‘Aad. Allah mengirimkan kepada mereka hawa panas yang membuat sumur-sumur dan sungai-sungai menjadi kering. Tanaman dan buah-buahan menjadi mati, hujan pun berhenti turun dalam waktu yang cukup lama. Kemudian datang awan yang besar. Ketika mereka melihatnya, mereka bergembira dan mengira bahwa mereka akan diberikan curahan hujan.

Mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

Mereka mengira bahwa awan itu akan datang membawa kebaikan untuk mereka, menghilangkan haus dahaga mereka, memberi minum hewan-hewan mereka dan menyirami kebun serta tanaman-tanaman mereka. Padahal awan itu datang membawa azab bagi mereka. Mereka pun ditimpa angin yang kencang selama tujuh malam delapan hari tanpa henti, yang membinasakan segala sesuatu yang ada di hadapannya sehingga mereka semua binasa.

Setelah bencana itu lewat, hanya tersisa Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepada Allah.  Nabi Hud pun pergi bersama orang-orang yang beriman ke tempat lain yang di sana mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. (Tamat)

-- Akhir --

Bagikan Cerita

Baca tulisan menarik lainnya

Punya Naskah Cerita Sendiri?

Kirim Naskahmu Sekarang!

Naskah-Homepage