Di tepi hutan, ada sebuah desa yang bernama desa jamur. Di desa itu hidup seorang gadis kecil yang bernama Elinna. Elinna adalah seorang gadis yang ceria dan disukai banyak orang, dia hidup dengan bahagia di sebuah rumah sederhana bersama dengan kakek dan neneknya.
Suatu hari, nenek Elinna sakit parah. Obat yang bisa menyembuhkan sang nenek hanya bisa didapatkan di pedalaman hutan terlarang. Hutan itu sangat lebat dan gelap, tidak ada yang bisa menjangkaunya. Untuk bisa melewati hutan terlarang itu saja sudah sangat mustahil, apalagi menjelajahinya. Namun, Elinna harus mendapatkan obat langka yang bernama daun putih tersebut.
Elinna merasa kasihan melihat neneknya hanya bisa terbaring sakit di kasur. Elinna bertekad mendapatkan obat untuk neneknya, walaupun ia sadar akan banyak kendala dan juga bahaya yang dihadapinya. Ia tidak akan menyerah masuk ke dalam hutan demi mendapatkan obat untuk sang nenek.
Elinna dan kakeknya pun segera berangkat ke hutan terlarang untuk mencari obat tersebut. Di tengah hutan, mereka bertemu dengan seekor rubah penghuni tepi hutan. Rubah tersebut tidak memperbolehkan Elinna dan kakeknya masuk, karena itu hutan terlarang dan manusia dilarang masuk. Elinna memohon kepada rubah tersebut agar diperbolehkan masuk, dengan berkata bahwa dia mencari tanaman obat daun putih untuk neneknya yang sedang sakit parah.
Saat mendengar perkataan Elinna, rubah pun teringat bahwa anaknya juga sedang terbaring sakit di rumah. Pada akhirnya, rubah itu memperbolehkan Elinna masuk ke hutan, dengan syarat, jika Elinna mendapatkan tanaman itu, maka harus dibagi dengannya.
Awalnya Elinna ragu-ragu, karena rubah terkenal pintar dalam berbohong, juga sangat licik. Tetapi, karena melihat raut wajah sang rubah yang nampak memelas serta memohon agar Elinna mau menyetujui permintaannya itu, Elinna pun menjadi kasihan. Pada akhirnya, ia setuju dengan perjanjian itu.
Elinna bersama kakeknya berangkat mencari tanaman obat langka itu. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan kupu-kupu, dan kupu-kupu pun bertanya maksud kedatangan mereka ke hutan tersebut.
“Mengapa kalian masuk ke dalam hutan terlarang ini? Bukankah manusia dilarang masuk ke sini?” tanya kupu-kupu keheranan.
Elinna pun menjawab, ”Aku dan kakekku kemari karena mencari tanaman daun putih, kami ingin menyembuhkan nenekku yang sedang sakit parah di rumah,” jawab Elinna. Kupu-kupu yang melihat niat baik Elinna menjadi tersentuh hatinya, ia bersedia membantu Elinna untuk menemukan tanaman daun putih.
Kupu-kupu memandu Elinna dan sang kakek ke tengah hutan tempat tanaman daun putih tumbuh. Namun, kupu-kupu tidak bisa melanjutkan lebih jauh, karena mereka tidak akan bisa bertahan hidup di kedalaman hutan yang lebat dan gelap. Sayap-sayap mereka akan berat dan tidak akan bisa dipakai untuk terbang.
“Jalan lurus saja, nanti kamu akan menemukan sebuah tempat yang rimbun. Masuklah, di sana ada sabana kecil dan daun putih tumbuh subur. Ambillah seperlunya saja, berhati-hatilah. Aku doakan semoga kalian selamat,” ucap kupu-kupu.
Elinna merasa sangat senang dan berterima kasih kepada sang kupu-kupu. Setelah satu jam mencari, akhirnya mereka berdua menemukan tanaman daun putih. Elinna yang merasa senang pun segera mengajak kakeknya pulang ke rumah.
Sebelum pulang mereka mampir ke tempat kupu-kupu dan tidak lupa berpamitan serta mengucapkan terima kasih. berkat kupu-kupu, ia bisa mendapatkan obat langka tersebut untuk menyembuhkan neneknya.
Saat berjalan pulang, langkah Elinna terhenti karena melihat rubah yang tadi membuat janji dengannya menghadang jalan mereka. Rubah itu menagih janji pada Elinna dan kakeknya. Elinna pun tidak mau ingkar janji, ia memberikan setengah daun putih kepada sang rubah.
Seminggu kemudian setelah nenek Elinna diobati, rubah dan kupu-kupu datang ke rumah Elinna. Mereka merayakan pesta di rumah Elinna, karena kesembuhan neneknya. Anak rubah juga sudah sembuh sepenuhnya, sekarang mereka merasa sangat bahagia. (*)


